Skip to main content
Insomnia Notes

follow us

Wayang Werkudara Raksasa, Calon Ikon Baru Sumedang?

Pengerjaan bagian kepala Bima

Wayang Werkudara Raksasa, Calon Ikon Baru Sumedang? - Werkudara, atau lebih akrab di telinga dengan nama Bima, apa yang terlintas di benak sobat ketika mendengar nama salah satu anggota Pandawa Lima ini? Tubuh tinggi besar? Kekuatan maha dahsyat? Ya, itulah yang seringkali digambarkan dalam masyhur cerita dewa-dewi dari negeri hindustan, begitu pun dalam cerita pewayangan di Indonesia, yang memang diadaptasi darinya.

Tentu kita mafhum, Pandawa Lima terdiri dari lima orang bersaudara yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Di Indonesia sendiri, entah kenapa, Bima dan Arjuna seperti lebih menonjol, lebih banyak diidolakan, lebih banyak dikenal dibanding tiga anggota Pandawa yang lain. Apa Sobat setuju? Arjuna dengan ketampanannya, dan Bima dengan kekuatannya, mungkin itu jadi salah satu yang mudah diingat.

Pandawa Lima dengan tokoh-tokohnya, banyak menginspirasi seniman dan budayawan di dunia, termasuk di Indonesia. Banyak karya, entah itu patung, lukisan, lagu, film, dan karya fenomenal lainnya, yang intinya mengambil jalur cerita dari epic Mahabrata tersebut. Dan Sumedang sendiri, dengan kesenian Wayang Golek khas Jawa barat-nya, tak mau ketinggalan. Mengambil ciri khas wayang Purwa, adalah Drs. Andi Sukandi, yang berkeinginan membuat patung wayang ikonik dari salah seorang anggota Pandawa Lima, Bima.

Drs. Andi Sukandi, atau akrab dipanggil pak Jajang, seniman asal Kecamatan Pamulihan ini kini tengah menggarap pembuatan wayang golek Bima dengan ukuran yang sangat besar, di kediamannya di Dusun Cimasuk, Pamulihan. Sampai sekarang, proses pembuatan wayang raksasa tersebut baru mencapai sekitar 40%-an. Adapun yang sudah digarap adalah bagian kepala.

Demi mewujudkan ide wayang Bima yang terlintas sejak Februari 2016 ini, sampai saat ini pak Jajang sudah merogoh dana sebesar delapan juta rupiah, murni dari kantongnya sendiri. Ketika admin bertanya, akan jadi sebesar apa wayang Bima ini nantinya? Sepertinya akan jadi satu dua dengan Patung Pangeran Kornel VS H.W Daendels, bahkan lebih besar, katanya.

“Tinggi wayang Wrekodara-nya sendiri sembilan meter, dengan dedasar empat meter, jadi total tingginya adalah tiga belas meter,” Ujarnya sembari memperlihatkan sketsa/gambaran, akan seperti apa wayang ini kelak jika sudah selesai.

Gambaran wayang jika sudah selesai

Adapaun kenapa Bima tokoh Pandawa yang dipilih tuk dibuat wayang raksasa-nya, Pak Jajang mengatakan bahwa Bima dipilih karena memang lebih akrab dengan imajinasi kebanyakan orang Indonesia, Bima begitu mudah dipersonifikasi kala dibayangkan. Apalagi jelas pula ciri khasnya dalam wayang golek.

“Tubuh tinggi besar, kuku Pancanaka, ular naga Pasa (ular melingkar di leher Bima – wayang golek), semua begitu akrab sebagai bayangan seorang Bima, di kebanyakan benak kita,” Jelasnya.

Itu semua, lanjutnya, juga mengandung banyak filosofi ;

“Badan tinggi besar, menggambarkan kita harus punya cita-cita luhur, juga kuat sebagai individu, punya semangat mengerjakan kebajikan untuk kemaslahatan orang banyak. Bima juga jujur, nyatria (bersifat satria, tidak pengecut), pemberani, tak pernah mundur perjuangkan kebenaran,” Ungkapnya.

Selain itu, tambahnya lagi, kuku Pancanaka merupakan ciri, pengingat, bahwa kita harus memegang yang lima waktu (shalat), dan rukun Islam (yang lima). Sedang ular naga Pasa yang melingkar di leher jadi rambu-rambu, apa yang kita perbuat akan kembari ke diri kita sendiri.

“Barangsiapa mengerjakan keburukan/kejahatan, itu akan kembali pada dirinya sendiri, ular akan mematuk/menggigit pada si empunya, tamiang meulit kana bagia, atau senjata makan tuan,” Terangnya lagi.

Masih berkaitan dengan filosofi, lanjutnya, Bima pada wayang golek juga menggunakan samping (sarung, bawahan) Bintruaji dengan warna kotak-kotak papan catur. Itu gambaran kehidupan, dimana kebaikan dan keburukan sebenarnya saling melengkapi dan tak bisa dipisahkan dari hidup manusia.

Lain dengan wayang golek yang biasanya menggunakan bahan dari kayu, wayang Bima raksasa ini dibuat menggunakan fiber glas/resin untuk membentuk tampilan wayangnya, sedang rangka dalam menggunakan besi behel.

“Itu supaya awet, kan rencananya nanti pasti disimpan di luar ruangan/di alam terbuka. Jadi pasti kehujanan dan kepanasan, kalau bahannya dari kayu, tidak akan awet,” Jelasnya.

Namun sekarang, bisa dibilang pak Jajang sedikit kesulitan tuk melanjutkan karya luar biasa ini. Bukan apa-apa, mengingat biaya tuk membeli bahan-bahannya sangat besar, dan berhubung sampai saat ini hanya merogoh saku pribadi, wayang raksasa ini jadi tak bisa “digarap” setiap hari. Pak Jajang menyebutkan, jika ditotal, biaya yang diperlukan tuk selesaikan wayang raksasa ini adalah sekitar Rp. 125 juta-an.

“Kalau dengan biaya sendiri pun sebetulnya bisa, tapi pasti proses (pembuatan) nya akan sangat lama,” Ungkapnya.

Karenanya, pak Jajang sangat mengharapkan donasi dari berbagai pihak agar wayang raksasa yang digarap bisa cepat rampung. Jika sudah selesai, wayang raksasa ini akan jadi kebanggaan masyarakat Sumedang, dan mendukung serta mengukuhkan Sumedang sebagai Puseur Budaya Sunda. Dan tidak mustahil pula, wayang dengan ukuran super besar tersebut akan menjadi ikon baru Kabupaten Sumedang.

Rencananya, jika sudah selesai nanti, wayang Bima ini akan ditempatkan di alun-alun Kecamatan Pamulihan, yang sampai saat ini pembangunannya masih dalam tahap perencanaan. Adapun lokasi alun-alun Kecamatan Pamulihan sendiri, kabarnya akan dibangun di sekitaran daerah Simpang, dekat pertigaan ke arah Parakan Muncang.

“Soal penempatan dan lain-lain, itu sudah dikomunikasikan dengan Pak Camat dan pihak-pihak terkait,” Pungkasnya.

Wal akhir, wayang merupakan ikon nasional yang sudah diakui oleh PBB melalui UNESCO. Sedang wayang golek yang merupakan salah satu jenisnya, adalah ikon Jawa Barat, juga ikon Sumedang dalam skup yang lebih kecil. Tentu akan jadi sebuah kebanggaan jika kita bisa melihat wayang raksasa yang ikonik ini jadi salah satu daya tarik Sumedang. Dan tentu, lebih membanggakan lagi jika kita bisa ikut berpartisipasi dalam pembuatannya, melalui donasi.

Karenanya, jika diantara sobat ada yang ingin ikut berpartisipasi memberi donasi, bahan-bahan yang diperlukan tuk menyelesaikan wayang Bima ini antara lain adalah sebagai berikut ;

- Besi 6 mm, 8 mm, dan 10 mm
- Fiber glas/resin,
- Rhodolsil Silicon Friduc Francis, dan
- Alat-alat kerja seperti trapo, las listrik, dan lain-lain (karena sampai sekarang pengerjaan masih dilakukan secara manual tradisional, kurang efisien)

Adapun jika ada diantara sobat ada yang ingin berdonasi dalam bentuk barang seperti di atas, bisa dikirim langsung ke alamat pak Jajang, dan ataupun jika ingin berdonasi dalam bentuk uang, bisa mengirimnya lewat nomor rekening, dan jangan lupa mengkonfirmasinya (dalam hal ini lewat BBM). Berikut adalah alamat, nomor rekening, dan kontak BBM untuk donasi wayang Bima raksasa.

Dusun Cimasuk 2 RT 02 RW 03, Desa Pamulihan, Kecamatan Pamulihan (depan kantor desa/Puskesmas Pamulihan) Kabupaten Sumedang.
No rekening : BNI 0317042839 atas nama Andi Sukandi
Konfirmasi melalui PIN BBM D073435D,
atau akun Facebook Jas

Note : Di domain blog saya yang sebelumnya (www.wewengkonsumedang.com), artikel ini diterbitkan dalam judul post "Wayang Werkudara Raksasa, Calon Ikon Baru Sumedang?" dengan link sebagai berikut ; "http://www.wewengkonsumedang.com/2017/01/wayang-werkudara-raksasa-calon-ikon.html"

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar